Saturday 30 June 2012

Erica Papaya


Erica melongo. Matanya tak berkedip. Mulut, lidah, dan tenggorokannya bergerak-gerak menelan iair liur. Cewek berambut panjang itu duduk mais di sofa nonton acara masak-memasak favoritnya yang tayang setian hari Mniggu pagi.
“Ini dia Choco Brown Cake ala Chef Fadel!” seru Chef Fadel menyajikan cake berlumur cokelat yang baru dibuatnya. Cake-nya memang bikin ngiler. Tapi kalau buat Erica, chef-nya yang bikin ngiler.
“Uh……. Chef Fadel cute banget sih!” gunam Erica ngomong sendiri.
“Pemirsa saya punya pengumuman penting buat anda yang suka bikin resep masakan dirumah. Kirim rese panda ke alamat e-mail di bawah ini. Bagi anda yang resepnya terpilih, maka saya akan undang anda masak berdua disini bareng saya dan anda juga berhak mendapat uang Rp. 500.000,00 serta buku resep yang sudah saya tanda tangani. Ayo buruan kirim resepnya! Saya tunggu loh!”
Erica segera mencatatat alamat e-mail yang tertera dilayar kaca. Masak bareng Chef Fadel? Erica jelas pengen banget. Kesempatan emas kayak gini ngga boleh disia-siain gitu aja. Kapan lagi coba bisa masak bareng chef terkenal kayak dia. Temen-temen Erica bakalan ngiri tuh!
“Oke pemirsa tidak terasa saya sudah 30 menit menemani anda. Tiga resep spesial sudah saya sajikan untuk anda. Kini tiba saatnya saya untuk undur diri. Sampai jumpa di Fadelicious minggu depan! Daaaah……!”
Begitu acara itu selesai, otak Erica langsung berputar. Ia mencoba cari resep dari tabloid dan majalah yang ada di depannya. Tapi, resepnya pada susah semua. Ia harus mencari resep yang unik, praktis dan yang pasti harus bisa menggoyang lidah bukan goyang ngebor atau goyang gergaji.
Lagu telephone-nya Lady Gaga tiba-tiba bordering membangunkannya. Siapa sih yang nelpon, ganggu banget deh!
“Hallo!” ucap seseorang dari seberang sana.
“Iya, ada apa Lan?” jawab Erica cemberut. Tapi sekejap senyumnya merekah. Lampu-lampu pijar bagai menerangi otaknya. Orlan kan pinter masak. Dia ketua ekskul tata boga. Dia pasti bisa bantuin Erica. “Kebetulan banget Lan!”
“Kebetulan gimana?” Tanya Orlan bingung .
“Bantuin gue masak ya?”
“Masak?”
“Iya, masak!”
“Apa gue ngga salah denger? Tumben lo mau masak?”
“Gue mau ikutan kompetisi bikin resep biar bisa masak bareng Chef Fadel.”
“Chef Fadel yang suka nongol di TV itu?”
“Iya bener banget. Bantuin gue ya, Lan! Pliss……”
“Iya deh, gue bantuin.”
“Thanks ya, sekarang lo langsung ke rumah gue aja!”
“Sekarang?”
“Iya sekarang. Kenapa? Emang ngga bisa? Betewe lo nelpon gue mau ngomongiin apaan?”
“Apaan ya? Gue lupa.”
“Dasar, pokoknya gue tunggu ya!”
***
Ting….tong….ting…..toooong……bunyi bel pintu depan terdengar nyaring. Erica segera beranjak dari sofa empuknya. Ia buka pintu. Sesosok cowok jangkung berkacamata yang tengah mengenakan T-shirt warna oranye sudah berdiri di depannya.
“Langsung ke dapur aja yuk!” ajak Erica.
Furnitur kitchen set berwarna serba silver langsung menyambut mereka. Semua benar-benar bersih. Ngga ada setitik noda pun yang terlihat.
“Jadi kita mau masak apa, Lan?”
Orlan mulai menarik simpul-simpul saraf otaknya. Ia ingat-ingat kembali resp-resep yang pernah dibikinnya. Pasta ayam lada hitam, kue lapis cokelat, strawberry pancake, semua pada ngebosenin. Ia lihat-lihat isi kulkas, tapi ngga ada bahan makanan yang bisa ngembangkitkan naluri memasaknya.
Setelah berfikir cukup lama, tiba-tiba pandangannya tertahan pada sebuah pohon papaya yang terlihat dari jendela. Buahnya ranum bergelantungan. Insting memasaknya segera muncul.
“Ahaa, gue tau!” seru Orlan sambil langsung berdiri keluar menuju pohon pepe\aya itu. Seett…..  Orlan langsung melesat.manjat pohon yang tingginya tidak seberapa itu.
“Eh….eh…..mau ngapain lo Lan?” seru Erica kaget ngeliat Orlan manjat-manjat kayak monyet.
“Ini dia bahan utamanya!” seru Orlan sambil loncat kebawah. Sebuah papaya berukuran besar yang keliatannya masih setengah mateng sudah ditangannya.
“Hah, papaya?”
“Iya papaya! Dengan bahan ini kita kan bikin makanan yang supeer lezaaaat…..”
Memasak pun segera dimulai. Orlan segera mengupas buah yang bernama latin Carica papaya itu. Ia buang bijinya. Dan dagingnya yang berwarna oranye dipotong menyerupai dadu.
“Ca, tolong ambilinn agar-agar, yoghourt sama gula!” seru Orlan. Gayanyan kayak chef bintang lima aja.
“Okey!” jawab Erica sambil langsung mengubek isi dapur mengambil bahan-bahan yang disebutin sama Orlan.
“Tolong ambilin cetakan kue sama kismis!”
Sesi mengaduk dimulai. Dengan cetakan, Orlan mulai menggunakan tangan ala chef-nya. Erica Cuma bengong tanpa konstribusi berarti. Meja dapur disulap jadi panggung hiburan gratis. Erica bagai penonton sirkus yang sedang takjub melihat atraksi akrobatik badut sirkus.
Setelah kalis, adonan lalu dimasukkan ke dalam cetakan kue mangkuk yang bentuknya lucu-lucu. Setelah semua adonan dimasukkan ke dalam cetakan, adonan lalu di kukus. Dan dalam waktu yang relatif singkat, hidangan sudah matang dan siap untuk diangkat.
“Puding pepayanya udah mateng!” seru Orlan sambil meletakkan puding-puding itu ke piring.
“Gue nyicip dong!”
“Eits, tunggu dulu! Masukin ke kulkas dulu, baru siap disajiin. Sambil nunggu pudingnya dingin. Kita bikin garnish-nya dulu yuk!”
“Garnish? Apaan tuh?”
“Dasar oon, lo liat  gue aja dech!”
Sirup stroberi, ceri, krim, sama potongan papaya yang sudah diiris kecil-kecil disiapkan. Semua bentuk sedemikian rupa. Setelah pudingnya dingin, pudding pun dihias layaknya seorang puteri. Dan dalam sekejap, pudding siap disajikan.
Hap. Erica santap pudding itu. Matanya berbinar. Pipinya langsung memerah.
“Emm….enak bangets!”
“Siapa dulu dong yang bikinnya! Orlan gitu!”
“Betewe nama resep ini apaan Lan?”
“Apa ya?” Otak Orlan berputar.  “Gimana kalo pudding Erica Papaya?”
Uhuk…uhuk…. Erica keselek batuk.
“Erica Papaya?”
“Iya, Erica Papaya. Gimana? Bagus ngga?”
“I…..iya, bagus.” Muka Erica langsung memerah. Nama itu sungguh unik dan indah. Erica tersanjung.
Ericaa Papaya sepakat jadi nama resep masakan itu. Erica langsung menulis dan mengirimkannya ke alamat e-mail program Fadelicious. Mudah-mudahan aja resepnya bisa menang!
***
   
Selang 3 hari kemudian, Erica dihubungi pihak program Fadelicious. Resep Erica terpilih. Dia berhak menjadi bintang tamu di Fedelicious minggu ini. Erica jelas seneng banget. Akhirnya mimpinya menjadi kenyataan.
Ia langsung menyebarkan kabar gembira itu kepada semua teman-temannya. Tak lupa Orlan sang pahlawan yang membantu mewujudkan mimipinya pun ikut ia kabarkan.
Hari Minggu akhirnya tiba. Detik-detik palimg menentukan dimulai. Erica bersolek. Wajahnya dipoles secemerlang Dian Sastro Wardoyo. penampilannya disulap stylish kayak Agnes Monica. Sebentar lagi ia mau masuk TV!
Orlan udah janji akan menjemput untuk megantarnyake studio TV tempat Fadelicious disiarkan. Tapi setelah ditunggu hampir setengah jam, Orlan belum nongol juga. Erica mencoba menghubungi hape-nya tapi ngga aktif.
Ketika sedang cemas menunggu tiba-tiba hapenya berbunyi.
“Hallo!” ucap seseorang. Suaranya terdengar berat kayak suara bapak-bapak. “Apa ini dengan nak Erica?”
Begitu mendengarnya, suasana hati Erica langsung mendadak nggak enak.
“Iya, ini Erica. Ada apa ya, Om?”
“Ini dengan ayahnya Orlan. Orlan nggak bisa jemput kamu. Tadi dia kecelakaan.
“Kecelakaan?”
Tut…..tut……telepon terputus.
“Hallo! Hallo!” seru Erica panic. Tapi nggga ada jawaban lagi.

***
            Erica mempercepat langkahnya. Jantungnya berdetak kencang. Berbagai bayangan buruk mulai menghantui pikirannya. Setahu Erica, hanya ini satu-satunya rumah sakit yang paling dekat dengan likungan tempat tinggalnya. Mata Erica melototi setiap orang yang berlalu lalang di lobi rumah sakit itu.
            “Erica!” seseorang dari belakang. Ternyata itu Orlan. Ia sedang berjalan dipapah ayahnya dari telepon umum.
“Orlan!”
“Erica, kenapa lo kemari?”
“Lo, ngga apa-apa kan?”
“Gue ngga apa-apa. Mendingan sekarang lo cepetan pergi ke studio, nanti lo telat!”
“Gue udah ngebatalinnya. Tadi gue udah ngehubungin pihak TV. Lagian kalo pergi juga percuma. Acaranya kan udah mulai.”
Orlan terdiam. Ia merasa bersalah.
“Maafin gue ya Ca. gara-gara gue elo jadi batal masak bareng Chef Fadek.”
“Ah, ngga apa-apa kok. Lagian gue belum siap. Gue masih harus banyak belajar.”
“Dan untuk resep yang ketiga, saya akan bikin resep kiriman pemirsa yang terpilih. Nama resepnya Erica Papaya. Sayang sekali yang punya resep ini ngga bisa hadir disini karena ada halangan. Tapi ngga apa, saya akan buatkan spesial resep ini buat dia.” Ucap Chef Fadel berceloteh dai layar TV 24 inchi yang nangkring  di sudut kiri ruangan.
Erica dan Orlan saling menatap. Mereka tersenyum. Akhirnya resep mereka masuk TV.


***









Komentar


Powered By FISHBONE