Erica
melongo. Matanya tak berkedip. Mulut, lidah, dan tenggorokannya bergerak-gerak
menelan iair liur. Cewek berambut panjang itu duduk mais di sofa nonton acara
masak-memasak favoritnya yang tayang setian hari Mniggu pagi.
“Ini
dia Choco Brown Cake ala Chef Fadel!” seru Chef Fadel menyajikan cake berlumur
cokelat yang baru dibuatnya. Cake-nya memang bikin ngiler. Tapi kalau buat
Erica, chef-nya yang bikin ngiler.
“Uh…….
Chef Fadel cute banget sih!” gunam Erica ngomong sendiri.
“Pemirsa
saya punya pengumuman penting buat anda yang suka bikin resep masakan dirumah.
Kirim rese panda ke alamat e-mail di bawah ini. Bagi anda yang resepnya
terpilih, maka saya akan undang anda masak berdua disini bareng saya dan anda
juga berhak mendapat uang Rp. 500.000,00 serta buku resep yang sudah saya tanda
tangani. Ayo buruan kirim resepnya! Saya tunggu loh!”
Erica
segera mencatatat alamat e-mail yang tertera dilayar kaca. Masak bareng Chef
Fadel? Erica jelas pengen banget. Kesempatan emas kayak gini ngga boleh
disia-siain gitu aja. Kapan lagi coba bisa masak bareng chef terkenal kayak
dia. Temen-temen Erica bakalan ngiri tuh!
“Oke
pemirsa tidak terasa saya sudah 30 menit menemani anda. Tiga resep spesial
sudah saya sajikan untuk anda. Kini tiba saatnya saya untuk undur diri. Sampai
jumpa di Fadelicious minggu depan! Daaaah……!”
Begitu
acara itu selesai, otak Erica langsung berputar. Ia mencoba cari resep dari
tabloid dan majalah yang ada di depannya. Tapi, resepnya pada susah semua. Ia
harus mencari resep yang unik, praktis dan yang pasti harus bisa menggoyang
lidah bukan goyang ngebor atau goyang gergaji.
Lagu
telephone-nya Lady Gaga tiba-tiba bordering membangunkannya. Siapa sih yang
nelpon, ganggu banget deh!
“Hallo!”
ucap seseorang dari seberang sana.
“Iya,
ada apa Lan?” jawab Erica cemberut. Tapi sekejap senyumnya merekah. Lampu-lampu
pijar bagai menerangi otaknya. Orlan kan pinter masak. Dia ketua ekskul tata
boga. Dia pasti bisa bantuin Erica. “Kebetulan banget Lan!”
“Kebetulan
gimana?” Tanya Orlan bingung .
“Bantuin
gue masak ya?”
“Masak?”
“Iya,
masak!”
“Apa
gue ngga salah denger? Tumben lo mau masak?”
“Gue
mau ikutan kompetisi bikin resep biar bisa masak bareng Chef Fadel.”
“Chef
Fadel yang suka nongol di TV itu?”
“Iya
bener banget. Bantuin gue ya, Lan! Pliss……”
“Iya
deh, gue bantuin.”
“Thanks
ya, sekarang lo langsung ke rumah gue aja!”
“Sekarang?”
“Iya
sekarang. Kenapa? Emang ngga bisa? Betewe lo nelpon gue mau ngomongiin apaan?”
“Apaan
ya? Gue lupa.”
“Dasar,
pokoknya gue tunggu ya!”
***
Ting….tong….ting…..toooong……bunyi
bel pintu depan terdengar nyaring. Erica segera beranjak dari sofa empuknya. Ia
buka pintu. Sesosok cowok jangkung berkacamata yang tengah mengenakan T-shirt
warna oranye sudah berdiri di depannya.
“Langsung
ke dapur aja yuk!” ajak Erica.
Furnitur
kitchen set berwarna serba silver langsung menyambut mereka. Semua benar-benar
bersih. Ngga ada setitik noda pun yang terlihat.
“Jadi
kita mau masak apa, Lan?”
Orlan
mulai menarik simpul-simpul saraf otaknya. Ia ingat-ingat kembali resp-resep
yang pernah dibikinnya. Pasta ayam lada hitam, kue lapis cokelat, strawberry
pancake, semua pada ngebosenin. Ia lihat-lihat isi kulkas, tapi ngga ada bahan
makanan yang bisa ngembangkitkan naluri memasaknya.
Setelah
berfikir cukup lama, tiba-tiba pandangannya tertahan pada sebuah pohon papaya
yang terlihat dari jendela. Buahnya ranum bergelantungan. Insting memasaknya
segera muncul.
“Ahaa,
gue tau!” seru Orlan sambil langsung berdiri keluar menuju pohon pepe\aya itu.
Seett….. Orlan langsung melesat.manjat
pohon yang tingginya tidak seberapa itu.
“Eh….eh…..mau
ngapain lo Lan?” seru Erica kaget ngeliat Orlan manjat-manjat kayak monyet.
“Ini
dia bahan utamanya!” seru Orlan sambil loncat kebawah. Sebuah papaya berukuran
besar yang keliatannya masih setengah mateng sudah ditangannya.
“Hah,
papaya?”
“Iya
papaya! Dengan bahan ini kita kan bikin makanan yang supeer lezaaaat…..”
Memasak
pun segera dimulai. Orlan segera mengupas buah yang bernama latin Carica papaya itu. Ia buang bijinya. Dan dagingnya yang berwarna oranye
dipotong menyerupai dadu.
“Ca,
tolong ambilinn agar-agar, yoghourt sama gula!” seru Orlan. Gayanyan kayak chef
bintang lima aja.
“Okey!”
jawab Erica sambil langsung mengubek isi dapur mengambil bahan-bahan yang
disebutin sama Orlan.
“Tolong
ambilin cetakan kue sama kismis!”
Sesi
mengaduk dimulai. Dengan cetakan, Orlan mulai menggunakan tangan ala chef-nya.
Erica Cuma bengong tanpa konstribusi berarti. Meja dapur disulap jadi panggung
hiburan gratis. Erica bagai penonton sirkus yang sedang takjub melihat atraksi
akrobatik badut sirkus.
Setelah
kalis, adonan lalu dimasukkan ke dalam cetakan kue mangkuk yang bentuknya
lucu-lucu. Setelah semua adonan dimasukkan ke dalam cetakan, adonan lalu di
kukus. Dan dalam waktu yang relatif singkat, hidangan sudah matang dan siap
untuk diangkat.
“Puding
pepayanya udah mateng!” seru Orlan sambil meletakkan puding-puding itu ke
piring.
“Gue
nyicip dong!”
“Eits,
tunggu dulu! Masukin ke kulkas dulu, baru siap disajiin. Sambil nunggu
pudingnya dingin. Kita bikin garnish-nya dulu yuk!”
“Garnish?
Apaan tuh?”
“Dasar
oon, lo liat gue aja dech!”
Sirup
stroberi, ceri, krim, sama potongan papaya yang sudah diiris kecil-kecil
disiapkan. Semua bentuk sedemikian rupa. Setelah pudingnya dingin, pudding pun
dihias layaknya seorang puteri. Dan dalam sekejap, pudding siap disajikan.
Hap.
Erica santap pudding itu. Matanya berbinar. Pipinya langsung memerah.
“Emm….enak
bangets!”
“Siapa
dulu dong yang bikinnya! Orlan gitu!”
“Betewe
nama resep ini apaan Lan?”
“Apa
ya?” Otak Orlan berputar. “Gimana kalo
pudding Erica Papaya?”
Uhuk…uhuk….
Erica keselek batuk.
“Erica
Papaya?”
“Iya,
Erica Papaya. Gimana? Bagus ngga?”
“I…..iya,
bagus.” Muka Erica langsung memerah. Nama itu sungguh unik dan indah. Erica
tersanjung.
Ericaa
Papaya sepakat jadi nama resep masakan itu. Erica langsung menulis dan
mengirimkannya ke alamat e-mail program Fadelicious. Mudah-mudahan aja resepnya
bisa menang!
***
Selang
3 hari kemudian, Erica dihubungi pihak program Fadelicious. Resep Erica
terpilih. Dia berhak menjadi bintang tamu di Fedelicious minggu ini. Erica
jelas seneng banget. Akhirnya mimpinya menjadi kenyataan.
Ia
langsung menyebarkan kabar gembira itu kepada semua teman-temannya. Tak lupa
Orlan sang pahlawan yang membantu mewujudkan mimipinya pun ikut ia kabarkan.
Hari
Minggu akhirnya tiba. Detik-detik palimg menentukan dimulai. Erica bersolek.
Wajahnya dipoles secemerlang Dian Sastro Wardoyo. penampilannya disulap stylish
kayak Agnes Monica. Sebentar lagi ia mau masuk TV!
Orlan
udah janji akan menjemput untuk megantarnyake studio TV tempat Fadelicious
disiarkan. Tapi setelah ditunggu hampir setengah jam, Orlan belum nongol juga.
Erica mencoba menghubungi hape-nya tapi ngga aktif.
Ketika
sedang cemas menunggu tiba-tiba hapenya berbunyi.
“Hallo!”
ucap seseorang. Suaranya terdengar berat kayak suara bapak-bapak. “Apa ini
dengan nak Erica?”
Begitu
mendengarnya, suasana hati Erica langsung mendadak nggak enak.
“Iya,
ini Erica. Ada apa ya, Om?”
“Ini
dengan ayahnya Orlan. Orlan nggak bisa jemput kamu. Tadi dia kecelakaan.
“Kecelakaan?”
Tut…..tut……telepon
terputus.
“Hallo!
Hallo!” seru Erica panic. Tapi nggga ada jawaban lagi.
***
Erica
mempercepat langkahnya. Jantungnya berdetak kencang. Berbagai bayangan buruk
mulai menghantui pikirannya. Setahu Erica, hanya ini satu-satunya rumah sakit
yang paling dekat dengan likungan tempat tinggalnya. Mata Erica melototi setiap
orang yang berlalu lalang di lobi rumah sakit itu.
“Erica!” seseorang dari belakang. Ternyata itu Orlan. Ia
sedang berjalan dipapah ayahnya dari telepon umum.
“Orlan!”
“Erica,
kenapa lo kemari?”
“Lo,
ngga apa-apa kan?”
“Gue
ngga apa-apa. Mendingan sekarang lo cepetan pergi ke studio, nanti lo telat!”
“Gue
udah ngebatalinnya. Tadi gue udah ngehubungin pihak TV. Lagian kalo pergi juga
percuma. Acaranya kan udah mulai.”
Orlan
terdiam. Ia merasa bersalah.
“Maafin
gue ya Ca. gara-gara gue elo jadi batal masak bareng Chef Fadek.”
“Ah,
ngga apa-apa kok. Lagian gue belum siap. Gue masih harus banyak belajar.”
“Dan
untuk resep yang ketiga, saya akan bikin resep kiriman pemirsa yang terpilih.
Nama resepnya Erica Papaya. Sayang sekali yang punya resep ini ngga bisa hadir
disini karena ada halangan. Tapi ngga apa, saya akan buatkan spesial resep ini
buat dia.” Ucap Chef Fadel berceloteh dai layar TV 24 inchi yang nangkring di sudut kiri ruangan.
Erica
dan Orlan saling menatap. Mereka tersenyum. Akhirnya resep mereka masuk TV.
***
Komentar